Check out music from Dy Murwaningrum

https://soundcloud.com/dy-murwaningrum

Foto saya
Solo- Jogja- Bandung, Indonesia
mencari kata-kata, membenturkannya pada setiap bidang dan terus memantul...

Rabu, 04 Agustus 2010

Logawa, Lempuyangan_Jogjakarta dan sampai menuju Kroya_Cilacap



19 Pebruari 2010 lalu, dengan logawa dari Lempuyangan menuju Cilacap. Kali ini untuk bertemu Kang Yusmanto di sanggar seni Banyu Biru. 1 Tas ransel di punggungku dan 1 lagi di punggung mbak Dona, photographer andalanku. Berangkat siang hari dan terjadwal sampai di stasiun Kroya malam hari. Seperti Putu Wijaya bilang, bahwa dengan kereta, kita akan melalui stasiun-stasiun baru yang asing. Buat saya, sikap dan budaya yang asing itulah yang asik dan stasiun adalah presentasi masyarakat sekitarnya dan pedagang asongan adalah presentator budayanya. Kereta bukan sebuah jalur normal menurut saya, dia memotong-motong gunung sebagai jalan, mencari jalan cepat dan pintas. Roda besi diatas rel besi saling mengikat, sedikit saja lepas berantakanlah semua.

Mengapa saya suka kereta? Bukan karena jalan pintas yang ditempuhnya sehingga harus mengalahkan beberapa kendaraan yang lewat di setiap palang, tapi karena banyaknya kehidupan yang bisa saya rasakan disana. Diatas roda besinya, di gerbong-gerbong kosongnya, bahkan di antara roda-roda besinya di bawah kereta ada kehidupan yang turut tinggal. Yang paling dahsyat adalah kereta Ekonomi. Terlepas dari pelayanannya yang hampir asal-asalan, kereta ini adalah kereta yang paling bisa bercerita. Kali ini Logawa, kereta ekonomi tujuan Purwokerto. Logawa kali ini sepi, beberapa tempat duduk kosong. Kami bisa duduk sendiri-sendiri sembari mendudukkan tas di samping kami. Layaknya kereta bisnis, logawa kali ini.

Setelah melewati stasiun Kutoarjo, kereta hampir berhenti. Berniat bunuh diri seorang wanita, rel menjadi penuh kerumunan orang. Konon katanya, nyalinya tidak sebesar niatnya untuk bunuh diri, syukurlah. Tidak banyak yang bisa diceritakan dari dalam kereta, namun suasana akrab diantara penumpang tetap ada. Satu dua tegur sapa, bertanya tentang tujuan. Suasana yang hampir tidak saya temui di kereta Bisnis, apalagi eksekutif dengan kursi menghadap ke depan.

Pukul 9 malam di Kroya. Hampir tutup seluruh tempat penginapan depan Stasiun Kroya. Penginapan pertama penuh, penginapan ke dua kita menginap dengan 1 kamar seharga Rp. 40.000 per malam, dan jam 6 pagi kita harus berangkat. Cukup 1 kamar mandi dan WC, yang penting bisa mandi, sholat, menempatkan sisa makanan dari perut ke tempat yang benar. Bisa di bayangkan tempat penginapan macam apa itu?saya tidak berani menyimpulkan apa-apa.

Seorang gadis kerudung dan seorang pria setengah tua, baru saja keluar dengan mengintip-intip terlebih dahulu. Mungkin mereka kawatir kalau-kalau kami mengenal mereka. Sudahlah kami hanya tersenyum dan tidak menghakimi, seperti orang suci saja. Selanjutnya kami makan nasi telur di warung sebelah. Kembali ke kamar dan menyeketsa kegiatan besok, lalu tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar