Check out music from Dy Murwaningrum

https://soundcloud.com/dy-murwaningrum

Foto saya
Solo- Jogja- Bandung, Indonesia
mencari kata-kata, membenturkannya pada setiap bidang dan terus memantul...

Kamis, 13 Juni 2013

APA KABAR


Ada yang selalu kutanyakan “apa kabar”. 
Biasanya sore begini, senja berangkat naik, beberapa kali aku bersamamu. Menunggui adzan sambil berdiskusi di depan segelas teh panas. Lalu meneguknya bersama-sama setelah sehari kita lewatkan puasa. Seminggu dua kali, senin dan kamis. Sore tadi aku melakukannya tanpa diskusi, tanpa saling mengucapkan selamat berbuka. Kutanya dalam hati seketika aku meneguk satu dua teguk, “apa kabarmu”. Tidak akan pernah aku dengar cerita lagi. Tidak ada cerita tambahan tentang dirimu, yang ada hanya pengulangan-pengulangan certa setiap hari, setiap waktu. 

Hanya bisa kutitipkan salam kerinduanku lewat satu-satunya penguasa jagat raya ini, Tuhan. kepadaNya kutitipkan salam dan cerita-cerita ku setiap hari, ak berharap itu membahagiakanmu. Tidak akan kuminta waktu terulang, biar terus menggelinding terus dan terus sampai kita semua menuju rumah baru, di dekatNya, sepertimu. 

Masih sempat kubayangkan dulu, saat kau masih ada bahwa aku harus selalu memberi kabar untukmu lewat telepon, bukan Cuma lewat sms. Aku akan merasa kehilangan, jika suatu saat pendengaranmu tidak lagi mampu berkomunikasi dan aku hanya bisa mengabarimu lewat sms. Aku masih membayangkan bersamamu sampai hari tuamu. Hanya sebuah pagi dan setengah siang aku bersamamu dan sebelumnya aku selalu merasa sibuk, tidak punya waktu. Aku tidak mengandai-andai kembalinya waktu. Aku tahu bahwa semua tahu, aku telah dipenuhi banyak penyesalan. Bukan karena aku belum bisa membahagiakan atau menjadi siapa tapi selalu tentang waktu.

Waktu yang seringkali membuat kita menyesal, selalu tentang waktu. Hanya berselisih 1jam tiba-tiba kita sudah berada di lain kota, hanya melalui hitungan detik suara kita sudah terdengar dari benua yang berbeda, hanya berselisih 5 menit kita berada dalam dunia yang berbeda, hanya dalam sekian detik raga kita ditinggalkan ruh. Waktu telah menerorku dalam banyak penyesalan tanpa berani kusampaikan. Aku seperti kehilangan banyak, jutaan, milyaran kemungkinan hanya karena hilangnya seseorang. Lebih dari cinta yang tersampaikan untuk hidupku. Lebih dari sebuah jalan dan tata cara menuju Tuhan yang dia ajarkan. Lebih dari kebiasaan yang selalu kulihat dan menjadi bagianku. Lebih dari cara berpikir yang kau tunjukan dari diskusi kita, lebih dari simbol cinta mu yang sampai sekarang menjadi bagian dari hidupku. 

Sedang apa kau disana? Apakah kau masih berpuasa seperti kami di sini? Apa kabarmu? Sebentar lagi puasa ramadhan datang. Setiap lebaran, kau selalu menyuruhku sungkem pada ibu terlebih dahulu. Entah akan bagaimana kami melewati puasa ramadhan kali ini. Ramadhan adalah tentang engkau, itu biasanya. Entah bagaimana caraku meminta maaf padamu karena masih banyak maaf yang kubutuhkan darimu. 

Dibalik kesedihan ini, Tuhan ternyata telah memberiku anugrah luar biasa besar. 28 tahun kurang lebih aku diberi seseorang yang tidak sedikitpun pernah melepaskan tanggung jawab, tidak pernah hilang kesabaran dan selalu memberikanku kesadaran. Terimakasih sudah mengajarkanku cara bertutur, bersiul, menyanyi…dan lebih, lebih serta lebih lagi. Akan selalu ada cara untuk mengekspresikan cinta, itu yang membuatku berhenti mempertajam penyesalan. 40 hari sudah berlalu, mungkin air mataku tidak pernah kering tapi aku sudah muali mengerti sekarang bagaimana cara mengekspresikan cinta dan kerinduan. Terimakasihku selalu lebih besar dr cintaku…semoga tersampaikan padamu melalui malaikat-malaikat penyampai kabar.

2 komentar: