Check out music from Dy Murwaningrum

https://soundcloud.com/dy-murwaningrum

Foto saya
Solo- Jogja- Bandung, Indonesia
mencari kata-kata, membenturkannya pada setiap bidang dan terus memantul...

Kamis, 25 Juli 2013

PELABUHAN


Pelabuhan


Mercusuar

Pelabuhan. Ketika kata itu kutanyakan pada mu, apakah arti pelabuhan bagimu kau jawab dengan perhentian. Lainnya lagi kutanya dan menjawab mercusuar, tempat parkir kapal, perhentian sementara.
Beberapa bulan lalu aku menyempatkan berjalan-jalan ke pelabuhan. Aku menuju pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Pelabuhan bagiku sangat asing, tidak seperti stasiun atau terminal karena sepertinya pelabuhan hanya milik pejalan-pejalan jauh. Bukan air justru yang kulihat dan menjadi focus pertama namun kegiatan mereka. Pejalan-pejalan jauh itu melakukan banyak aktivitas sembari menunggu nomor antrian kapal untuk diberangkatkan. Benar, dari sini aku bertemu istilah “perhentian” namun sementara. Mereka menunggu keberangkatan selanjutnya. Dan aku menemukan lagi “penantian”, menunggu keberangkatan. Seperti Dora rasanya aku merangkai satu demi satu kata kunci. Tapi beginilah memang caraku memahami keberadaan sesuatu, termasuk pelabuhan. Bising entah suara apa, mesin atau entah seperti mengajak mulutku perang. Aku harus bicara dalam teriakan pada orang-orang yang kuajak bicara.



Anak-anak Pelabuhan
Kapal Cantik
Aku mengamati dr ujung pintu sebuah kapal. Galon air tempat minum, kasur, pakaian, alat masak lengkap senyaman rumah. Aku juga melihat perahu cantik, seperti beranda rumah di bagian luarnya. Orang-orang menstem kenyamanan pada perjalanannya agar mereka tidak terlalu rindu pulang mungkin. Kamu yang ingin pergi ke Eropa, mau kah kamu berperjalanan dengan kapal, ah tentu kamu memilih kapal terbang. Dari bekal-bekal yang mereka bawa bukan hanya kebutuhan perut saja dan aku jadi menyimpulkan sesuatu. Mungkin berjalan diatas air adalah penuh sensasi mengatasi kebosanan, bahwa hidup tidak melulu cepat berubah. Bahwa setiap saat adalah penantian panjang, penantian adalah tantangannya. Bahwa emosi harus bisa kita mainkan sendiri. Bahwa mencetak mood, mengatasi kebosanan menjadi salah satu ciri kecerdasan mereka. Ternyata tantangan itu bukan selalu hal-hal yang membangkitkan adrenalin. Kamu yang penyuka mainan-mainan di dufan, Trans studio beranikah kamu berhadapan dengan kebosanan? Dimana km harus menaik turunkan adrenalinmu sendiri bukan dengan dipicu mainan-mainan itu? Berjalan ke eropa dengan kapal bisa jadi membuat orang tiba-tiba terjun ke laut. Jika kamu menuju Eropa nanti, jangan lupa mengunjungi venesia. Kalo aku ingin sekali membuat film pendek perjalanan di Venesia jika keinginanku mencapai kota tua itu tersampai. Sudah pasti aku akan pamer padamu tentu bukan untuk menyatakan kehebatan tapi untuk sebuah permintaan “ikutlah bersamaku”. Aku selalu ingin mengajakmu pergi bermil mil jauhnya. Berjalan di udara, berjalan diatas air, menyapa segala rupa tumbuhan, menikmati matahari yg datang kepagian untuk menyambut kita yang tidak tidur semalaman. Aku ingin sekali melihat cara tutur mu dengan orang-orang baru yang tidak kita kenal sebelumnya, aku ingin menghitung berapa kali dalam 3 jam aku mendengar keluhan bosan atau ungkapan kebahagiaanmu.


Menurunkan barang dagangan
Kapal Rusak
Memperbaiki Kapal

 Aku menuju kearah yang lebih jauh, di jalan kecil. Beberapa kapal rusak sedang diperbaiki. Di cat ulang, diganti kayunya. Dan di depannya adalah seperti gerobak sate ayam khas Madura namun tanpa roda. Sudah bisa kuduga bahwa dulunya dia adalah kapal yang juga ikut mengarungi samudra. Rapuh, hampir hancur, tidak bisa diperbaiki, menjadi sampah namun entah kenapa tidak di buang. Dan akhirnya yang kamu katakan benar. Pelabuhan juga menjadi perhentian terakhir. Kemana semua kapal-kapal besar ini nantinya berakhir? Mungkin akan dipreteli atau menjadi kapal-kapal usang di sekitar pelabuhan. Ada-ada saja, seseorang mengecat kapal yang besar nya 2x rumah tipe 21 mungkin. Tinggi dan besar. Rupa-rupa rupanya orang-orang pelabuhan ini beraktivitas. Menurunkan barang dagangn, menjahit bendera antrian yang sobek karena kena angin, memperbaiki kapal, berolahraga di beranda kapal, mengopi dan membaca. Bisa dibayangkan kejenuhan menanti kapal mereka berjalan kembali. Lalu lega jika kapal sudah diijinkan berangkat namun mereka kembali dalam perjalanan panjang di tengah lautan seperti tanpa ujung, tanpa peneduh kecuali kapal dan diri mereka sendiri, kawan-kawan seperjalanan. 


 
Asap dan awan
Mataku tertuju pada warna kontras. Hitam dan putih. Asap dan awan. Putihnya menjadi mutlak dan hitamnya tampak pekat. Dua warna dengan karakter sama-sama kuat, bersatu diangkasa sudah seperti lukisan absatrak saja hanya tinggal membingkainya dengan frame kayu ukir Jepara. AKu menghampiri warna itu, ternyata cerobong asap sebuah pabrik. Di dekat tempat aku berdiri adalah pagar besar tergembok rapat. Aku melihat dua alat transportasi dari dua bagian bumi berada ditempatnya masing masing dan berdampingan. Sebuah truk yang diparkir di daratan dan sebuah kapal yang diparkirkan di air. Pelabuhan adalah penghubung. Menghubungkan dua bagian bumi yaitu daratan dan lautan.  Pelabuhan adalah semacam gradasi, peralihan. Seperti kehidupan, selalu ada peralihan-peralihan. Mercusuar menjadi tanda. Mercusuar menjadi signal dan sekaligus penerang. Kehidupan adalah peralihan yang teramat panjang. Dalam peralihan kita bisa bersenang-senang, belajar dan segala rupa. Dari yang kulihat ada sebuah keyakinan yang muncul bahwa semua hal akan beralih. Berpindah. Pergi. Hilang. Rusak. Namun ada gradasi. Pada gradasi itulah Tuhan menjadi sangat dekat dengan kita. Melatih dan membiasakan. Gradasi ada yang cepat ada yang lama. 

Truk dan Kapal
Beberapa hati manusia juga begitu. Ada yang cinta dengan kebosanan lalu menghandle nya sendiri. Ada yang minta dirubah oleh keadaan agar lebih mudah mengatur diri. Ada yang tau benar bahwa dia yang harus merubah keadaan. Ini adalah bagian yang paling kumaknai dari sebuah pelabuhan. Satu, penantian yang panjang bukan Cuma 6-12 jam menanti kereta, atau 2-3 minggu menanti cinta dan semua yang hanya singgah pasti berjalan kembali. Dua, adalah penghubung. Garis samar dr 2 dunia yang berbeda. Garis pantai tidak kebih dr sejengkal. Hari ini darat besok laut. Hari ini makan tempe besok ikan. Hari ini air tawar besok air asin. Hari ini pasir besok….samudra tanpa batas. Yang aku bayangkan adalah hebatnya mental-mental anak buah kapal, orang-orang pelabuhan, perasaan perasaan yang tertahan dalam jarak dan waktu, sikap saling percaya dan cara memberi kepercayaan, bagaimana cara menghargai dan menerima kembali setelah terpisah perjalanan panjang dan sejuta pengalaman. Bagaimana dengan kamu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar