Pelabuhan
 |
| Mercusuar |
Pelabuhan. Ketika kata itu
kutanyakan pada mu, apakah arti pelabuhan bagimu kau jawab dengan perhentian. Lainnya
lagi kutanya dan menjawab mercusuar, tempat parkir kapal, perhentian sementara.
Beberapa bulan lalu aku
menyempatkan berjalan-jalan ke pelabuhan. Aku menuju pelabuhan Tanjung Mas,
Semarang. Pelabuhan bagiku sangat asing, tidak seperti stasiun atau terminal
karena sepertinya pelabuhan hanya milik pejalan-pejalan jauh. Bukan air justru
yang kulihat dan menjadi focus pertama namun kegiatan mereka. Pejalan-pejalan
jauh itu melakukan banyak aktivitas sembari menunggu nomor antrian kapal untuk
diberangkatkan. Benar, dari sini aku bertemu istilah “perhentian” namun
sementara. Mereka menunggu keberangkatan selanjutnya. Dan aku menemukan lagi “penantian”,
menunggu keberangkatan. Seperti Dora rasanya aku merangkai satu demi satu kata
kunci. Tapi beginilah memang caraku memahami keberadaan sesuatu, termasuk
pelabuhan. Bising entah suara apa, mesin atau entah seperti mengajak mulutku
perang. Aku harus bicara dalam teriakan pada orang-orang yang kuajak bicara.
 |
| Anak-anak Pelabuhan |
 |
| Kapal Cantik |
Aku mengamati dr ujung pintu
sebuah kapal. Galon air tempat minum, kasur, pakaian, alat masak lengkap
senyaman rumah. Aku juga melihat perahu cantik, seperti beranda rumah di bagian
luarnya. Orang-orang menstem kenyamanan pada perjalanannya agar mereka tidak
terlalu rindu pulang mungkin. Kamu yang ingin pergi ke Eropa, mau kah kamu
berperjalanan dengan kapal, ah tentu kamu memilih kapal terbang. Dari
bekal-bekal yang mereka bawa bukan hanya kebutuhan perut saja dan aku jadi
menyimpulkan sesuatu. Mungkin berjalan diatas air adalah penuh sensasi
mengatasi kebosanan, bahwa hidup tidak melulu cepat berubah. Bahwa setiap saat
adalah penantian panjang, penantian adalah tantangannya. Bahwa emosi harus bisa
kita mainkan sendiri. Bahwa mencetak mood, mengatasi kebosanan menjadi salah
satu ciri kecerdasan mereka. Ternyata tantangan itu bukan selalu hal-hal yang
membangkitkan adrenalin. Kamu yang penyuka mainan-mainan di dufan, Trans studio
beranikah kamu berhadapan dengan kebosanan? Dimana km harus menaik turunkan
adrenalinmu sendiri bukan dengan dipicu mainan-mainan itu? Berjalan ke eropa
dengan kapal bisa jadi membuat orang tiba-tiba terjun ke laut. Jika kamu menuju
Eropa nanti, jangan lupa mengunjungi venesia. Kalo aku ingin sekali membuat
film pendek perjalanan di Venesia jika keinginanku mencapai kota tua itu
tersampai. Sudah pasti aku akan pamer padamu tentu bukan untuk menyatakan
kehebatan tapi untuk sebuah permintaan “ikutlah bersamaku”. Aku selalu ingin
mengajakmu pergi bermil mil jauhnya. Berjalan di udara, berjalan diatas air,
menyapa segala rupa tumbuhan, menikmati matahari yg datang kepagian untuk
menyambut kita yang tidak tidur semalaman. Aku ingin sekali melihat cara tutur
mu dengan orang-orang baru yang tidak kita kenal sebelumnya, aku ingin
menghitung berapa kali dalam 3 jam aku mendengar keluhan bosan atau ungkapan
kebahagiaanmu.
 |
| Menurunkan barang dagangan |
 |
| Kapal Rusak |
 |
| Memperbaiki Kapal |
Aku menuju kearah yang lebih
jauh, di jalan kecil. Beberapa kapal rusak sedang diperbaiki. Di cat ulang, diganti
kayunya. Dan di depannya adalah seperti gerobak sate ayam khas Madura namun
tanpa roda. Sudah bisa kuduga bahwa dulunya dia adalah kapal yang juga ikut
mengarungi samudra. Rapuh, hampir hancur, tidak bisa diperbaiki, menjadi sampah
namun entah kenapa tidak di buang. Dan akhirnya yang kamu katakan benar. Pelabuhan
juga menjadi perhentian terakhir. Kemana semua kapal-kapal besar ini nantinya
berakhir? Mungkin akan dipreteli atau menjadi kapal-kapal usang di sekitar
pelabuhan. Ada-ada saja, seseorang mengecat kapal yang besar nya 2x rumah tipe
21 mungkin. Tinggi dan besar. Rupa-rupa rupanya orang-orang pelabuhan ini
beraktivitas. Menurunkan barang dagangn, menjahit bendera antrian yang sobek
karena kena angin, memperbaiki kapal, berolahraga di beranda kapal, mengopi dan
membaca. Bisa dibayangkan kejenuhan menanti kapal mereka berjalan kembali. Lalu
lega jika kapal sudah diijinkan berangkat namun mereka kembali dalam perjalanan
panjang di tengah lautan seperti tanpa ujung, tanpa peneduh kecuali kapal dan
diri mereka sendiri, kawan-kawan seperjalanan.
 |
| Asap dan awan |
Mataku tertuju pada warna
kontras. Hitam dan putih. Asap dan awan. Putihnya menjadi mutlak dan hitamnya
tampak pekat. Dua warna dengan karakter sama-sama kuat, bersatu diangkasa sudah
seperti lukisan absatrak saja hanya tinggal membingkainya dengan frame kayu ukir Jepara.
AKu menghampiri warna itu, ternyata cerobong asap sebuah pabrik. Di dekat
tempat aku berdiri adalah pagar besar tergembok rapat. Aku melihat dua alat
transportasi dari dua bagian bumi berada ditempatnya masing masing dan
berdampingan. Sebuah truk yang diparkir di daratan dan sebuah kapal yang
diparkirkan di air. Pelabuhan adalah penghubung. Menghubungkan dua bagian bumi
yaitu daratan dan lautan. Pelabuhan adalah
semacam gradasi, peralihan. Seperti kehidupan, selalu ada peralihan-peralihan.
Mercusuar menjadi tanda. Mercusuar menjadi signal dan sekaligus penerang. Kehidupan
adalah peralihan yang teramat panjang. Dalam peralihan kita bisa
bersenang-senang, belajar dan segala rupa. Dari yang kulihat ada sebuah
keyakinan yang muncul bahwa semua hal akan beralih. Berpindah. Pergi. Hilang. Rusak.
Namun ada gradasi. Pada gradasi itulah Tuhan menjadi sangat dekat dengan kita. Melatih
dan membiasakan. Gradasi ada yang cepat ada yang lama.
 |
| Truk dan Kapal |
Beberapa hati manusia juga
begitu. Ada yang cinta dengan kebosanan lalu menghandle nya sendiri. Ada yang
minta dirubah oleh keadaan agar lebih mudah mengatur diri. Ada yang tau benar
bahwa dia yang harus merubah keadaan. Ini adalah bagian yang paling kumaknai
dari sebuah pelabuhan. Satu, penantian yang panjang bukan Cuma 6-12 jam menanti
kereta, atau 2-3 minggu menanti cinta dan semua yang hanya singgah pasti
berjalan kembali. Dua, adalah penghubung. Garis samar dr 2 dunia yang berbeda. Garis
pantai tidak kebih dr sejengkal. Hari ini darat besok laut. Hari ini makan
tempe besok ikan. Hari ini air tawar besok air asin. Hari ini pasir besok….samudra
tanpa batas. Yang aku bayangkan adalah hebatnya mental-mental anak buah kapal,
orang-orang pelabuhan, perasaan perasaan yang tertahan dalam jarak dan waktu,
sikap saling percaya dan cara memberi kepercayaan, bagaimana cara menghargai
dan menerima kembali setelah terpisah perjalanan panjang dan sejuta pengalaman.
Bagaimana dengan kamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar