Check out music from Dy Murwaningrum

https://soundcloud.com/dy-murwaningrum

Foto saya
Solo- Jogja- Bandung, Indonesia
mencari kata-kata, membenturkannya pada setiap bidang dan terus memantul...

Minggu, 24 Maret 2013

FASE: MENGAPA HARUS MENGHARGAINYA?

FASE: 
MENGAPA HARUS MENGHARGAINYA?


Kadang kita kecewa dengan perubahan nasib, dan tidak disadari pula kita juga pernah menjadi girang karenanya. Dalam opiniku hidup bukan sebuah titik-titik di kertas yang patah-patah, hidup adalah garis yang kita bikin dari sekian banyak titik. Titik tersebut adalah fase. Terkadang ada hal yang sedang kita kerjakan namun berakhir begitu saja, harus ditinggalkan begitu saja, tanpa ada kelanjutan apapun, apakah itu adalah fase yang hilang? Menurutku itu adalah titik yang menunggu untuk disatukan dengan titik titik yang lain agar menjadi sebuah garis yang berhubungan, jika kita mau dan merasa membutuhkan. Kadang kita membuat titik yang tidak beraturan secara tidak disengaja. Membuatnya karena ingin, minat, niat atau kebetulan. Membuat titik-titik itu tidak bisa dihindari, tetapi membuat titik pada bagian yang tidak kita inginkan tentu bisa dihindari kan? Atau membuat titik yang kita mau tentu juga bisa. Misalnya, aku ingin menggambar bentuk bujur sangkar, pasti aku akan membuat titik-titik yang merupakan cikal bakal dari bangun itu, bukan membuat titik di sembarang tempat. Bisa saja jika kita membuat titik-titik sembarangan dan banyak lalu menghubung-hubungkanya menjadi bujur sangkar. Tapi bujur sangkar seperti apa yang kita punya nanti? Mungkin bujur sangkar yang garisnya tidak lurus, agak bengkok dan banyak titik-titik disekitarnya yang tidak terpakai. Pun bisa kita menariknya kearah titik-titik lain yang tidak terpakai itu dan menjadi bangun baru, bukan bujur sangkar. Menjadi bangun-bangun baru yang kita mau atau yang belum pernah dibuat (tidak sengaja dibuat) oleh orang-orang lain. Mungkin bentuk bangun yang asimetris, bentuk bangun yang abstrak, apa saja…bebas.

Fase, dalam hidup ini bagiku tidak jauh dari analogi titik titik itu. Ada fase yang kita buat tanpa kita mendesain bentuknya, ada bentuk yang kita buat bukan karena kita mendesainya, ada desain yang tidak terbentuk karena kita tidak membuat titik-titik yang support dengan bentuk yang kita inginkan. Membuat fase jelas tidak bisa kita hindari. Menghindari itupun adalah fase. Ada banyak manusia dalam fase kebingungan, bahkan fase kebingungan tersebut bisa saja mendominasi lebih dari separuh hidupnya karena mungkin ada ketidaksadaran bahwa akan ada fase selanjutnya. Jalinan antar fase itulah yang membuat kita hidup. Kebingungan terus dibiarkan menjadi raja dan menunggu berlalunya badai. Kadang di usia-usia tertentu kita benar-benar dihadapkan pada fase sulit. Pilihan antara orang tua-pekerjaan, tuntutan akan pasangan hidup, masalah keluarga dan lain-lain. Ditunggu dan didiamkan badai pun pasti berlalu, tapi jika diatasi ada kemungkinan lebih cepat akan berlalu. Setiap fase itu berharga menurut saya dan melakukan yang terbaik pada tiap fase itu sangat penting. Menghargai fase dan waktu yang berjalan untuk fase tersebut. Menghargai fase kita dan menghargai fase orang lain.

Kita tanpa sadar dengan mudahnya memandang fase seseorang adalah enteng, karena kita pernah melewati fase tersebut. Seorang anak kecil sangat panic karena balon nya meletus, orang-orang dewasa menertawakanya, bahkan ada yang memarahinya karena dianggapnya hal itu bukan masalah. Begitu banyak orang berumur yang merasa lebih dewasa atau berpengalaman, menganggap hoby, cinta dan masalah orang lain adalah masalah-masalah enteng sehingga solusi/komentar jadi terasa menyepelekan. Mungkin saja memang masalah mereka ringan, namun menyepelekan bagiku bagian dari tidak menghargai fase orang lain, ada hal yang lebih bijak untuk disampaikan. Bukan rahasia lagi bahwa banyak masalah besar timbul dari hal-hal kecil yang disepelekan, dan banyak juga pekerjaan-pekerjaan besar lahir dari kegemaran mengamati hal-hal kecil yang sepele. Fase selalu menghantar kita pada banyak pintu-pintu baru. Bukan sedikit orang yang enggan meninggalkan satu fase yang itu terus menerus karena takut kehilangan kenyamanan. Adapula seseorang yang memaksa orang-orang untuk memilih dan membuat fase-fase yang menguntungkannya sendiri. Beberapa orang juga menukar fase lain dalam hidupnya dengan sesuatu yang mereka anggap berharga dan yang mereka lalukan itupun adalah sebuah fase.

Ketika kecil, kita sering kecewa dan menangis ketika orang tua kita akan pergi bekerja. Anak kecil selalu menangis saat orang tuanya pergi bekerja. Sebaliknya, nanti jika anak itu sudah dewasa, orang tua akan menangis karena ditinggal anaknya bekerja, tetapi tangisan orang tua biasanya diiringi doa-doa terbaik untuk anaknya. Pada saatnya fase bisa bertukar dan berbalik sepenuhnya, namun pembalikan ini bukan tanpa proses. Jika kita menyadarinya berubah atau berbaliknya fase itu melewati sekian waktu yang panjang, sekian usaha yang keras dan sesekali gagal. Desain-desain yang kita bikin sesekali gagal, mungkin juga karena ambisi yang berlebihan, menghalalkan segala cara atau malah berhasil ketika kita hanya melakukan yang terbaik dan jalan secara natural. Ibarat menanam benih, sebagian dari kita ada yang hanya sekedar menebarnya tanpa pernah disiram, tapi tetap tumbuh dan berbuah. Sebaliknya ada benih yang dipupuk, dirawat dan disiram justru menjadi rusak karena ada zat-zat yang berlebih, atau mati karena hal lain. Jika sebuah fase gagal kembali lagi start dari awal. Start dalam stage yang berbeda. Memulai fase nol, sebagian besar orang mengatakan kita sedang dibawah namun sebenarnya kita hanya sedang mulai membangun fondasi lebih kuat dengan desain yang lebih baik.

Bertukar fase sering sekali terjadi, si penolong sedang butuh bantuan, yang dewasa menjadi kekanak-kanakan, yang miskin menjadi kaya. Kadang diatas, kadang dibawah. Aku yakin setiap orang akan bertukar fase dengan orang lain, itulah pentingnya bagaimana menghargai fase. Menghargai fase berdampak pada attitude yang baik, menghargai keadaan orang lain, menghargai masalah orang lain, menghargai kepemilikan orang lain, menghargai waktu orang lain, menghargai pendidikan orang lain, menghargai pekerjaan, status sosial dan lain-lain. Fase kita yang nyaman hari ini bukan selalu akan tetap senyaman ini. Menghargai fase orang lain membuat kita siap dan mungkin tahu cara mengatasi persoalan orang lain yang mendadak juga datang dihidup kita. Seorang yang pandai tidak akan melakukan kesalahan 2 kali, karena dia belajar dari kesalahan-kesalahnya sendiri tapi seorang yang cerdas dapat belajar dari berbagai masalah orang-orang di sekitarnya. Menghargai fase bukan ajaran yang diajarkan di sekolah, di kuliah, pasca sarjana dan doctoral, jadi tidak heran bahwa sikap-sikap meremehkan itu justru datang dari orang-orang yang merasa pandai karna pengalamannya sekolah tinggi, pengalamanya karena usianya sudah lebih banyak, pengalamannya melihat dunia, berbagai Negara. Menghargai fase, melihat fase orang-orang di sekitar kita membuat kita lebih mudah untuk mendesain kehidupan. Hidup memang mengalir, tapi air tidak mengalir sembarangan. Tempat dimana air dapat mengalir paling deras adalah sungai. Hidup akan mengalir sebagai mana air di sungai, sesuai dengan bentuk sungainya, desain sungainya. Air juga bisa mengalir bukan pada tempatnya, akhirnya menimbulkan banjir atau kerugian. Hidup bisa jadi begitu jika hidup kita mengalir secara sembarangan. Belum terlambat untukku atau siapa saja untuk membuat desain-desain hidup, menghubungkan antar titik. titik-titik yang sudah berlalu dan kesinambunganya dengan titik-titik hari ini. 

Hidup di dunia pun adalah fase, fase yang akan dilanjutkan pada fase yang lain. Dunia membuat kita harus realistis pada kehidupan duniawi. Siapa bilang hidup di dunia tidak boleh memikirkan duniawi?kalau tidak boleh memikirkan duniawi kita tidak akan dikenalkan pada dunia. Dunia adalah penghantar menuju fase yang lain, maka dari itu aku ingin belajar memanfaatkan, memberi kemanfaatn dan menikmati kehidupan duniawi, karena fase ini adalah satu-satunya saat ini yang paling penting. Kehidupan di fase ini adalah penentu tentang besok. Aku tidak berpikir bahwa sesuatu akan benar-benar berakhir, akhir adalah pintu masuk dari lanjutannya. Menjadi siapapun kita, setidaksempurna apapun kita dimata orang lain hargai fase kita dan fase semua dari mereka agar kita semakin bahagia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar