Pada suatu ketika....
Hari yang dulu luar biasa menjadi sangat biasa. Lagu-lagu lama yang dulu pernah syahdu, menjadi hanya selingan tanpa kesan. Cinta yang sepenuh hati tidak ditinggalkan namun hanya tinggal berapa persenya. Sapaan-sapaan pagi hari yang dinanti-nanti menjadi sebuah formalitas.ketika menyapa menjadi satu semangat, lalu sudah tidak lagi ada.
Pada suatu ketika...
Hidup belum berakhir nafas masih dalam namun segalanya berubah. Idealis akan jadi pragmatis, yang luas akan menyempit, yang penting menjadi biasa. Yang hilang dicari kembali, yang dikejar ditinggalkan
Pada suatu ketika....
Mengingat seseorang di yang hari ini kita cinta bisa jadi sangat membahayakan. Berteman dengan seorang yang pernah berarti bisa jadi harus terlupakan. Tulisan-tulisan yang menandai rasa di layar-layar hape akan bersih. Puisi-puisi yang terserak di lipatan-lipatan kertas surat akan terbakar. Blog blog dan berbagai jejaring sosial akan ditutup begitu saja. Roman-roman cinta dan cerpen akan terbuang, harus hilang hanya akan menjadi belang. Essay essay yang terdiskusikan, terbuat seketika itu menjadi bahaya
Pada suatu ketika...
pada suatu ketika... lalu pada suatu ketika lagi...
Kesemuanya akan berubah, hubungan tidak pernah permanen, rasa juga begitu, isi kepala apalagi. Perubahan...bukan berarti harus menghilangkan. Perubahan terlihat tanpa menghilangkan. Saat pada suatu ketika itu datang, menghilangkan akan membuat kita semakin belang
Pada suatu ketika...
Kejujuran hanya terdengar dalam hati sendiri, bahkan telinga tidak mampu. Kejujuran tentang masa lalu yang indah, yang sudah hilang, terbuang. Seperti senja yang selalu datang lagi dan datang lagi indahnya... Keindahan cerita lalu dan aku akan selalu datang lagi, datang lagi dan datang lagi meski hanya hati sendiri yang mendengar hingga menembus batas rasional.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar