Akhirnya rinduku ku larung...
Ku pasrahkan pada arus...
Kutitipkan pada angin...
Kubiarkan ikut menjelajah pd sungai-sungai
Sapa, sudah jadi jatahnya waktu untuk menyampaikannya
Mimpi bertugas menyampaikan pelukan
Ciuman hangat, menjadi kewajiban diri untuk mengkhayalkan
Tragis, aku dipaksa romantis untuk memikat waktu
Sial!! Aku harus menjadi nakal menggodai angin
Lebih gila ak harus cerdas mengelabuhi arus agar berubah arah
Atau harus meneror Tuhan untuk membawamu di sampingku?
Berulang, waktu antarkan aku pada lelah tak terluap
Lelah mencari celah utk menyelipkan senyum sebelum km lelap.
Ya...kadang aku diam mengumpulkan aksara untuk kulontar
Seperti berjudi, bertaruh senyum atau murung yang menghantarmu tidur
Seandainya rindu bisa di skala sebagaimana peta, pilih kuperkecil saja ukuranya
Sampai tak terlihat seperti kota kecil dalam peta
Hampir hilang tak terjamah rasaku sendiri.
Jika harus kupilih kamu atau rindu
Aku memilih mengantar pergi si rindu dr hidupku
Ak muak,
Rindu sering menjebakku menjadi malam-malam candu
Rindu menodai pagi yang putih
Rindu melunturi air hujan teduh yang bening
Tapi rindu tak pernah menjadikanku sekarat
Lihat saja, jika muak memucak
Roboh sudah kerajaan angkuh lebih kuat dr baja itu
Kamu, menjadi kerajaan tanpa pintu,
Tanpa dinding, tanpa pasukan, tanpa senjata
Hanya Kamu dan singgasanamu.
Rinduku membawa kita beradu kata
Beradu mata...beradu apa saja.
Membawa kita berhadapan, mengantarkanmu
Kerinduanku yang akhirnya akan menjadi kerajaanmu!!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar